Jumat, 20 Januari 2012

Gorontalo sebagai Pusat Kebudayaan Islam di Indonesia Timur

Gorontalo–GP–Setelah menjadi satu provinsi, Gorontalo benar-benar mendapat perhatian serius dan menjadi daya tarik tersendiri bagi Pemerintah Pusat. Melejitnya nama Gorontalo yang dipimpin Ir. Fadel Muhammad ini merupakan angin segar baru sehingga Gorontalo tidak dapat diremehkan oleh daerah lainnya. Sekalipun baru seumur jagung, lahir 5 Desember 2000 bertepatan tanggal 8 Ramadan 1421 H, Gorontalo telah membuat banyak debut di kancah Nasional, bahkan internasional. Sebut saja pada hari ulangnya yang pertama, 16 Februari 2002 lalu, Provinsi Gorontalo mendapat hadiah ulang tahun berupa pembangunan megaproyek bidang perikanan dan kelautan dengan nilai miliaran rupiah dari Pemerintah Pusat. Setelah itu, pembangunan bandara kargo untuk mendukung eksor langsung produk asal Gorontalo ke mancanegara, khususnya ke Filipina, Taiwan, Jepang, dan kemungkinan ke Amerika Serikat. Yang tidak kalah menarik adalah dipilihnya Kota Gorontalo sebagai kota yang paling transparan dalam pembangunannya, yang diakui secara nasional dan internasional, khususnya UNDP (the United Nations Development Program). Yang lain lagi, adalah dipilihnya Provinsi Gorontalo sebagai model pembangunan dengan sistem 'management enterpreuner government' di Indonesia melalui pembuatan Neraca Laporan Keuangan Gorontalo, di mana Pemerintah Pusat telah mengucurkan dana sebesar Rp 3 miliar sebagai wujud dukungan penuh terhadap pelaksanaan program itu.

Kini, giliran Menteri Agama, Prof. Dr. H. Said Agil Husin Al-Munawar telah menempatkan Provinsi Gorontalo sebagai pusat pengembangan Kebudayaan Islam di Kawasan Timur Indonesia. Mengapa Menteri Agama kita tertarik dan memilih Gorontalo? Itu karena masyarakat Gorontalo dipandang masih tetap memegang teguh warisan para leluhur: "Adat bersendikan Syarak dan Syarak bersendikan Kitabullah (Al-Quran)", dan sejak dahulu Gorontalo dikenal sebagai Kota 'Serambi Madinah'. Kedua alasan itulah yang menjadi alasan utama mengapa Gorontalo dijadikan sebagai pusat pengembangan kebudayaan Islam. Karena itu, benarlah ungkapan Bung Karno sewaktu berkunjung ke Gorontalo tahun 1950-an bahwa Gorontalo adalah sebagai Kota Perjuangan dan Kota Pelajar.

Namun, harus kita sadari bahwa kegembiraan warga Gorontalo tidak boleh hanya sebatas wacana, melainkan harus dibuktikan bahwa Gorontalo memang sanggup memikul dan mewujudkan kepercayaan Pemerintah Pusat tersebut. Sebagai warga dan masyarakat Gorontalo, kita harus berpikir secara profesional, logis, dan berwawasan nasional. Bukan waktunya lagi bagi kita untuk berpikir secara parsial, terbatas pada kawasan seluas kabupaten atau kota.

Beban ini memang tidak ringan, tetapi kita harus bisa mewujudkannya dengan berbagai upaya, doa, dan ikhtiar. Alangkah memalukan dan akan terasa sebagai nista bilamana amanah dan kepercayaan Pemerintah Pusat yang amat berharga dan mulia ini tidak dapat kita wujudkan.

Berbagai kasus dan tindakan yang melanggar adat dan agama, harus segera kita libas hingga ke akar-akarnya. Adalah suatu naif apabila kita selalu menyanjung-nyajung warisan para leluhur kita di mana "Adat berdasarkan syarak (agama Islam), dan syarak berdasarkan Kitabullah (Al-Quran)", lalu kita tidak bisa mencerminkan perlaku seperti itu.

Sebagai warga Gorontalo kita harus yakin bahwa warga Gorontalo yang dikenal gigih, teguh, dan sangat patriot akan mampu untuk memikul amanah yang suci ini. Semoga masyarakat Gorontalo yang Islami akan senantiasa tecermin dalam perilaku dan tata pergaulan hidup kita sehari-hari. Semoga Allah swt. selalu memberikan taufik, hidayat, dan petunjuk-Nya kepada kita. Amin, ya Rabbal alamin.

Sumber : http://www.gorontalo-info.20megsfree.com/asb.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar