Tokoh – tokoh
Psikoanalisa, Behaviorisme dan Humanistik
1.
Psikoanalisis
Erich
Fromm lahir di Frankfurt, Jerman pada tanggal 23 Maret 1900. Ia belajar
psikologi dan sosiologi di University Heidelberg, Frankfurt, dan Munich.
Setelah memperoleh gelar Ph.D dari Heidelberg tahun 1922, ia belajar
psikoanalisis di Munich dan pada Institut
psikoanalisis Berlin yang terkenal waktu itu. Tahun 1933 ia pindah ke
Amerika Serikat dan mengajar di Institut psikoanalisis Chicago dan
melakukan praktik privat di New York City. Ia pernah mengajar pada
sejumlah universitas dan institut di negara ini dan di Meksiko. Terakhir, Fromm
tinggal di Swiss dan meninggal di Muralto, Swiss pada tanggal 18 Maret 1980.
Tokoh
psikoanalisis lainnya adalah Sigmund Freud (1856 – 1939). Nama asli
Freud adalah Sigismund Scholomo. Namun sejak menjadi mahasiswa Freud tidak
mau menggunakan nama itu karena kata Sigismund adalah bentukan kata Sigmund.
Freud lahir pada 6 Mei 1856 di Freiberg, Moravia. Saat itu Moravia merupakan
bagian dari kekaisaran Austria-Hongaria (sekarang Cekoslowakia). Pada usia
empat tahun Freud dibawa hijrah ke Wina, Austria (Berry, 2001:3). Kedatangan
Freud berbarengan dengan ramainya teori The Origin of Species karya
Charles Darwin (Hall, 2000:1). Psikoanalisis bermula dari keraguan Freud
terhadap kedokteran. Pada saat itu kedokteran dipercaya bisa menyembuhkan semua
penyakit, termasuk histeria yang sangat menggejala di Wina (Freud,
terj.,1991:4). Pengaruh Jean-Martin Charcot, neurolog Prancis, yang menunjukkan
adanya faktor psikis yang menyebabkan histeria mendukung pula keraguan Freud
pada kedokteran (Berry, 2001:15). Sejak itu Freud dan doktor Josef Breuer
menyelidiki penyebab histeria. Pasien yang menjadi subjek penyelidikannya
adalah Anna O. Selama penyelidikan, Freud melihat ketidakruntutan keterangan
yang disampaikan oleh Anna O. Seperti ada yang terbelah dari kepribadian Anna
O. Penyelidikan-penyelidikan itu yang membawa Freud pada kesimpulan struktur
psikis manusia: id, ego, superego dan ketidaksadaran, prasadar, dan kesadaran.
2.
Behaviourisme
Skinner
menganggap reward dan reinforcement merupakan faktor penting dalam belajar.
Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal, mengontrol tingkah
laku. Pada teori ini guru memberi penghargaan hadiah atau nilai tinggi sehingga
anak akan lebih rajin. Teori ini juga disebut dengan operant conditioning.
Operant conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku operant yang dapat
mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali atau menghilang sesuai
keinginan. Operant conditing menjamin respon terhadap stimuli. Bila tidak
menunjukkan stimuli maka guru tidak dapat membimbing siswa untuk mengarahkan
tingkah lakunya. Guru memiliki peran dalam mengontrol dan mengarahkan siswa
dalam proses belajar sehingga tercapai tujuan yang diinginkan.
Aliran
ini sering dikatkan sebagai aliran ilmu jiwa namun tidak peduli pada jiwa. Pada
akhir abad ke-19, Ivan Petrovic Pavlov memulai eksperimen psikologi yang
mencapai puncaknya pada tahun 1940 – 1950-an. Di sini psikologi didefinisikan
sebagai sains dan sementara sains hanya berhubungan dengan sesuatu yang dapat
dilihat dan diamati saja. Sedangkan ‘jiwa’ tidak bisa diamati, maka tidak
digolongkan ke dalam psikologi. Aliran ini memandang manusia sebagai
mesin (homo mechanicus) yang dapat dikendalikan perilakunya melalui
suatu pelaziman (conditioning). Sikap yang diinginkan dilatih
terus-menerus sehingga menimbulkan maladaptive behaviour atau
perilaku menyimpang. Salah satu contoh adalah ketika Pavlov melakukan
eksperimen terhadap seekor anjing. Di depan anjing eksperimennya yang lapar,
Pavlov menyalakan lampu. Anjing tersebut tidak mengeluarkan air liurnya.
Kemudian sepotong daging ditaruh dihadapannya dan anjing tersebut terbit air
liurnya. Selanjutnya begitu terus setiap kali lampu dinyalakan maka daging
disajikan. Begitu hingga beberapa kali percobaan, sehingga setiap kali lampu
dinyalakan maka anjing tersebut terbit air liurnya meski daging tidak
disajikan. Dalam hal ini air liur anjing menjadi conditioned
response dan cahaya lampu menjadi conditioned stimulus.
3. Psikologi
Humanistis
Abraham
Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tahun 1908 dan wafat
pada tahun 1970 dalam usia 62 tahun. Maslow dibesarkan dalam keluarga
Yahudi dan merupakan anak tertua dari tujuh bersaudara. Masa
muda Maslow berjalan dengan tidak menyenangkan karena hubungannya
yang buruk dengan kedua orangtuanya. Semasa kanak-kanak dan
remaja Maslow merasa bahwa dirinya amat menderita dengan perlakuan
orang tuanya, terutama ibunya.
Keluarga Maslow amat
berharap bahwa ia dapat meraih sukses melalui dunia pendidikan. Untuk
menyenangkan kemauan ayahnya, Maslow sempat belajar di bidang Hukum
tetapi kemudian tidak dilanjutkannya. Ia akhirnya mengambil bidang studi
psikologi di University of Wisconsin, dimana ia memperoleh gelar Bachelor
tahun 1930, Master tahun 1931, dan Ph.D pada tahun 1934.
Abraham Maslow dikenal
sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslowpercaya bahwa manusia
tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang
sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of
Needs (Hirarki Kebutuhan). Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki
tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat
dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Dalam teori
psikologinya, yakni semakin tinggi need achievement yang dimiliki seseorang
semakin serius ia menggeluti sesuatu itu.
Carl
Ransom Rogers dilahirkan di Oak Park, Illinois, pada tahun 1902
dan wafat di LaJolla, California, pada tahun 1987. Semasa
mudanya, Rogers tidak memiliki banyak teman sehingga ia lebih banyak
menghabiskan waktunya untuk membaca. Dia membaca buku apa saja yang ditemuinya
termasuk kamus dan ensiklopedi, meskipun ia sebenarnya sangat menyukai
buku-buku petualangan. Ia pernah belajar di bidang agrikultural dan sejarah di
University of Wisconsin. Pada tahun 1928 ia memperoleh gelar Master di bidang
psikologi dari Columbia University dan kemudian memperoleh gelar Ph.D di
dibidang psikologi klinis pada tahun 1931. Pada tahun
1931, Rogers bekerja di Child Study Department of the Society for the
prevention of Cruelty to Children (bagian studi tentang anak pada perhimpunan
pencegahan kekerasan tehadap anak) di Rochester, NY. Pada masa-masa berikutnya
ia sibuk membantu anak-anak bermasalah atau nakal dengan menggunakan
metode-metode psikologi. Pada tahun 1939, ia menerbitkan satu tulisan berjudul
“The Clinical Treatment of the Problem Child”, yang membuatnya mendapatkan
tawaran sebagai profesor pada fakultas psikologi di Ohio State University. Dan
pada tahun 1942, Rogers menjabat sebagai ketua dari American Psychological
Society.
Carl
Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap
saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam
membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini
bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan
tugas terapist hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar.
Menurut Rogers, teknik-teknik assessment dan pendapat para terapist
bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment kepada klien.
Teori dari
tokoh Erich Fromm, Abraham Maslow, dan Carl Rogers :
A. Erich Fromm
A. Erich Fromm
Seperti
dalam biografinya, teori Fromm adalah campuran yang agak unik antara teori
Freud dan Marx. Freud, tentu saja, menekankan pada keadaan bawah
sadar, biological drive, represi, dan sebagainya. Dengan kata lain, Freud
mendalilkan bahwa karakter kita ditentukan oleh sistem biologis pada tubuh
kita. Marx, di sisi lain, melihat orang-orang yang ditentukan oleh lingkungan
masyarakat dimana mereka tinggal, terutama oleh sistem ekonomi mereka.
Fromm mengkombinasikan dari dua sesuatu sistem deterministik yang cukup asing: yaitu gagasan kebebasan. Bahkan, Fromm membuat kebebasan karakteristik utama dari sifat manusia!
Ada beberapa teori Fromm yang terbukti. Sebuah contoh yang tepat berasal murni dari determinisme biologis, ala Freud, yaitu Binatang tidak khawatir tentang kebebasan - naluri mereka mengurus semuanya. Woodchucks, misalnya, tidak perlu konseling karir untuk memutuskan apa yang akan mereka menjadi ketika mereka tumbuh dewasa: Mereka akan menjadi woodchucks! Dari sini kita bisa melihat kehidupan di Abad Pertengahan yang mengerikan dan primitif, atau hidup sebagai binatang. Namun kenyataannya adalah bahwa kurangnya kebebasan yang ditunjukkan oleh determinisme biologis atau sosial sangatlah sederhana. Hidup Anda memiliki struktur, makna, tidak ada alasan untuk pencarian jati diri, Anda dapat menyesuaikan diri dan tidak pernah menderita krisis identitas. Tema dasar dari semua tulisan Fromm adalah individu yang merasa kesepian dan terisolir karena dipisahkan dari alam dan lingkungan sekitarnya. keadaan isolasi ini tidak ditemukan dalam semua spesies binatang, ini adalah situasi khas manusia. Dalam bukunya Escape from Freedom (1941), ia mengembangkan tesis bahwa manusia menjadi semakin bebas dari abad ke abad, maka juga makin merasa kesepian (being lonely). Jadi, kebebasan menjadi keadaan yang negatif dimana manusia melarikan diri. dan jawaban dari kebebasan yang pertama adalah semangat cinta dan kerjasama yang menghasilkan manusia yang menghasilkan masyarakat yang lebih baik, yang kedua adalah manusia merasa aman dengan tunduk pada penguasa yang kemudian dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat.
Fromm mengkombinasikan dari dua sesuatu sistem deterministik yang cukup asing: yaitu gagasan kebebasan. Bahkan, Fromm membuat kebebasan karakteristik utama dari sifat manusia!
Ada beberapa teori Fromm yang terbukti. Sebuah contoh yang tepat berasal murni dari determinisme biologis, ala Freud, yaitu Binatang tidak khawatir tentang kebebasan - naluri mereka mengurus semuanya. Woodchucks, misalnya, tidak perlu konseling karir untuk memutuskan apa yang akan mereka menjadi ketika mereka tumbuh dewasa: Mereka akan menjadi woodchucks! Dari sini kita bisa melihat kehidupan di Abad Pertengahan yang mengerikan dan primitif, atau hidup sebagai binatang. Namun kenyataannya adalah bahwa kurangnya kebebasan yang ditunjukkan oleh determinisme biologis atau sosial sangatlah sederhana. Hidup Anda memiliki struktur, makna, tidak ada alasan untuk pencarian jati diri, Anda dapat menyesuaikan diri dan tidak pernah menderita krisis identitas. Tema dasar dari semua tulisan Fromm adalah individu yang merasa kesepian dan terisolir karena dipisahkan dari alam dan lingkungan sekitarnya. keadaan isolasi ini tidak ditemukan dalam semua spesies binatang, ini adalah situasi khas manusia. Dalam bukunya Escape from Freedom (1941), ia mengembangkan tesis bahwa manusia menjadi semakin bebas dari abad ke abad, maka juga makin merasa kesepian (being lonely). Jadi, kebebasan menjadi keadaan yang negatif dimana manusia melarikan diri. dan jawaban dari kebebasan yang pertama adalah semangat cinta dan kerjasama yang menghasilkan manusia yang menghasilkan masyarakat yang lebih baik, yang kedua adalah manusia merasa aman dengan tunduk pada penguasa yang kemudian dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat.
B. Abraham
Maslow
Teori
Maslow didasarkan atas asumsi bahwa dalam diri kita ada dua hal:
1) Suatu usaha
yang positif untuk berkembang
2) Kekuatan
untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Pada
diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut
untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut
membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya. Tetapi mendorong untuk
maju ke arah kebutuhan, keunikan diri, kearah berfungsinya kemampuan, kearah
kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima
diri sendiri.
Maslow
berpendapat, bahwa manusia memiliki hierarki kebutuhan yang dimulai dari
Kebutuhan jasmaniah yang paling asasi sampai dengan kebutuhan tertinggi yakni
kebutuhan estetis. Diantaranya:
1) Kebutuhan
jasmaniah seperti makan, minum, tidur dan sex menuntut sekali untuk
dipuaskan. Apabila kebutuhan ini terpuaskan, maka munculah
2) Kebutuhan
keamanan seperti kebutuhan kesehatan dan kebutuhan terhindar dari bahaya
dan bencana. Berikutnya adalah
3) Kebutuhan
untuk memiliki dan cinta kasih, seperti dorongan untuk memiliki kawan dan
berkeluarga, kebutuhan untuk menjadi anggota kelompok, dan sebagainya.
Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan ini dapat mendorong seseorang berbuat lain
untuk memperoleh pengakuan dan perhatian, misalnya dia menggunakan prestasi
sebagai pengganti cinta kasih. Berikutnya adalah
4) Kebutuhan
harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihargai, dihormati, dan dipercaya oleh orang
lain.
Apabila
seseorang telah dapat memenuhi semua kebutuhan yang tingkatannya lebih rendah
tadi, maka motivasi lalu diarahkan kepada terpenuhinya
5) Kebutuhan
aktualisasi diri, yaitu mengoptimalkan kemampuan diri untuk mencapai suatu
tujuan yang diinginkan. Untuk mengembangkan potensi atau bakat dan
kecenderungan tertentu. Bagaimana cara aktualisasi diri ini tampil, tidaklah
sama pada setiap orang. Sesudah kebutuhan ini, muncul
6) Kebutuhan
untuk tahu dan mengerti, yakni dorongan untuk mencari tahu, memperoleh ilmu dan
pemahaman. Sesudahnya, Maslow berpendapat adanya
7) Kebutuhan
estetis, yakni dorongan keindahan, dalam arti kebutuhan akan keteraturan,
kesimetrisan dan kelengkapan. Maslow membedakan antara empat kebutuhan yang
pertama dengan tiga kebutuhan yang kemudian. Keempat kebutuhan yang pertama
disebutnya kebutuhan yang timbul karena kekurangan, dan pemenuhan kebutuhan ini
pada umumnya bergantung pada orang lain. Sedangkan ketiga kebutuhan yang lain
dinamakan growth need (kebutuhan untuk tumbuh) dan pemenuhannya lebih
bergantung pada manusia itu sendiri. Adapun dalam teori Maslow mengenai proses
belajar-mengajar misalnya, guru mestinya memperhatikan teori ini. Apabila guru
menemukan kesulitan untuk memahami mengapa anak-anak tertentu tidak mengerjakan
pekerjaan rumah, mengapa anak tidak dapat tenang di dalam kelas, atau bahkan
mengapa anak-anak tidak memiliki motivasi untuk belajar. Menurut Maslow, guru
tidak bisa menyalahkan anak atas kejadian ini secara langsung, sebelum memahami
barangkali ada proses tidak terpenuhinya kebutuhan anak yang berada di bawah
kebutuhan untuk tahu dan mengerti. Bisa jadi anak-anak tersebut belum atau
tidak melakukan makan pagi yang cukup, semalam tidak tidur dengan nyenyak, atau
ada masalah pribadi atau keluarga yang membuatnya cemas dan takut, dan
lain-lain.
C. Carl Rogers
Carl
R. Rogers adalah seorang ahli psikologi humanistik yang mempunyai ide-ide yang
mempengaruhi pendidikan dan penerapanya. Melalui bukunya yang sangat populer
Freedoom to Learn and Freedom To Learn For The 80’s, dia menganjurkan
pendekatan pendidikan sebaiknya mencoba membuat belajar dan mengajar lebih
manusiawi, lebih personal dan berarti. Rogers
mengutarakan pendapat tentang prinsip-prinsip belajar yang humanistik, yang
meliputi hasrat untuk belajar, belajar yang berarti, belajar tanpa ancaman,
belajar atas inisiatif sendiri, dan belajar untuk perubahan.
Adapun
penjelasan konsep masing-masing prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
(1) Manusia itu
mempunyai kemampuan belajar secara alami.
(2) Belajar
yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai
relevansi dengan maksud – maksud sendiri.
(3) Belajar
yang menyangkut perubahan didalam persepsi mengenai dirinya sendiri dianggap
mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
(4) Tugas tugas
belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila
ancaman- ancaman dari luar semakin kecil.
(5) Apabila
ancaman terhadap diri siswa rendah,pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai
cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
(6) Belajar
yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
(7) Belajar
diperlancar bilamana siswa melibatkan dalam proses belajar dan ikut tanggung
jawab terhadap proses belajar itu.
(8) Belajar
atas inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya baik perasaan
maupun intelek,merupakan cara yang memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
(9) Kepercayaan
terhadap diri sendiri,kemerdekaan,kreativitas,lebih mudah dicapai terutama jika
siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengkritik dirinya sendiri dan penilaian
dari orang lain merupakan cara ke dua yang penting.
(10) Belajar
yang paling berguna secara sosial didalam dunia modern adalah belajar mengenai
proses belajar,suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan
penyatuaanya terhadap diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
Contoh Kasus Teori
Erich Fromm, Abraham Maslow, dan Carl Rogers :
A. Erich Fromm
Anissa
adalah seorang pegawai disebuah perusahaan terkemuka diJakarta. Anissa selalu
patuh terhadap setiap perintah atasannya karena dia takut bila melawan akan
dimarahi atau bahkan dipecat dari pekerjaannya, jadi Anissa selalu patuh dengan
begitu Anissa akan selalu merasa aman meskipun Anissa ingin sekali berontak.
B. Abraham Maslow
Rani
seorang anak yang membutuhkan makan dan minum apabila kebutuhannya ini terpuaskan,
maka munculah kebutuhan rasa ingin aman seperti terhindar dari bahaya dan
bencana. Setelah Rani merasa aman Rani membutuhkan teman yang bisa dia miliki,
Rani juga membutuhkan rasa dihargai oleh orang lain. Hal yang paling penting
Rani perlu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya yang dipunyainya yang
orang tidak punya.
C. Carl Rogers
Robby
adalah seorang anak yang nakal dulunya tidak mau belajar sampai harus dimarahi
dulu baru mau belajar, tetapi sekarang Robby sangat rajin belajar karena dia sebelumnya
melihat nilai ujiannya sangat jelek. Robby selalu belajar tepat waktu untuk
mendapatkan nilai yang bagus dalam ujiannya.
Sumber :